Sejumlah pesepak bola Timnas Indonesia menyapa suporter usai mengalahkan Timnas Arab Saudi pada pertandingan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (19/11/2024). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/Lmo/Spt/am.
Jakarta – Survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia yang bertajuk “Isu-isu Persepakbolaan di Mata Publik dan Pertaruhan Besar PSSI” mengungkapkan bahwa 75,1 persen responden merasa puas terhadap kinerja PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir.
Survei ini dilakukan pada periode 22-28 Desember dan melibatkan 1.220 responden berusia 17 tahun atau lebih. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas warga terhadap sepak bola, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap kinerja PSSI.
“Kami melakukan survei tentang sepak bola ini relatif rutin. Ini tingkat kepuasan paling tinggi dalam sejarah PSSI,”
Burhanuddin Muhtadi
Hal yang sama juga terlihat pada kelompok yang mengakses media sosial setiap hari atau hampir setiap hari, seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, TikTok, serta menonton podcast dan membaca portal berita online. Dalam kelompok ini, tingkat kepuasan mereka terhadap kinerja PSSI selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang kurang aktif di media sosial.
“Kami melakukan survei tentang sepak bola ini relatif rutin. Ini tingkat kepuasan paling tinggi dalam sejarah PSSI,” kata Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di Jakarta pada Kamis.
Untuk menentukan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja PSSI, responden ditanyai lima aspek. Pertama, aspek mengembangkan sepakbola Indonesia yang modern, maju, dan profesional dengan prinsip sportivitas.
Kedua, membentuk tim nasional yang berkualitas tinggi dan berprestasi. Ketiga, mempromosikan sepak bola dengan nilai-nilai kemanusiaan, fair play, pendidikan, dan persatuan.
Yang keempat adalah menghasilkan atlet sepakbola yang berkualitas, dan yang kelima adalah mengatur dan mengoordinasikan seluruh kompetisi dan turnamen. Dalam lima aspek ini, 66,2% responden menyatakan kepuasan mereka dengan kinerja PSSI.
“Kita tidak bisa membantah bahwa dia berhasil. Dia kan baru Februari 2023, bulan depan baru dua tahun,” kata pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni.
Kusnaeni menilai langkah PSSI untuk memberhentikan Shin Tae-yong dan menggantinya dengan Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia adalah langkah yang sah secara hukum. Namun, ia berpendapat bahwa keputusan tersebut tidak mencerminkan praktik terbaik dalam tata kelola kelembagaan.
Menurut Kusnaeni, PSSI harus mempertimbangkan konsekuensi finansial dari keputusan tersebut, mengingat mereka harus membayar kompensasi yang mencapai puluhan miliar kepada Shin, yang kontraknya baru saja diperpanjang hingga Juni 2027 pada pertengahan tahun lalu. Hal ini menunjukkan perlunya PSSI untuk lebih berhati-hati dan strategis dalam pengambilan keputusan terkait manajemen pelatih dan pengelolaan anggaran.
“Ini best practice-nya menurut saya. Berhentiin dulu ‘kita tidak yakin anda akan membawa ke Piala Dunia’. Kalau perlu diceritainÂatau enggak, enggak masalah. Selesai. Diputus itu Shin 24 Desember katakanlah, lalu 25 Desember itu ketemu Patrick dengan elegan,” tutup pria yang akrab disapa Bung Kusnaeni tersebut.
Sumber Antaranews